Rabu, 13 Maret 2013
Habemus Papa
Itulah ungkapan untuk menandai terpilihnya Paus Baru. Ya, setelah melalui dua hari dan lima ronde prosesi Konklaf yang hikmat, akhirnya asap putih keluar dari atap Kapel Sistina, Rabu (13/3/2013) sekitar pukul 19.07 waktu Vatikan atau Kamis pukul 2.07 WIB.
Kardinal Jorge Mario Bergoglio dari Argentina akhirnya terpilih sebagai Paus baru, Paus ke-266 dari Gereja Katolik.
Nama Kepausan yang dipilih –sebagaimana tradisi Konklaf– adalah Pope Franciscus I atau Paus Francis I.
Lalu, siapa Jorge Mario Bergoglio sendiri? Berikut profil singkatnya sebagaimana arsip Vatikan.
Buenos Aires
Kardinal Jorge Mario BERGOGLIO, lahir di Buenos Aires pada 17 Desember 1936 (usia 76), adalah uskup agung untuk Auca Auxiliary Buenos Aires, sebagaimana ditunjuk oleh Paus Johannes Paulus II untuk wilayah Argentina.
Ia dilantik menjadi bagian dari keuskupan pada 13 Desember 1969 setelah menamatkan studinya lewat Fakultas Teologi San Miguel.
Setelah bergelar Master Teologi di fakultas yang sama, ia mengajar di tanah kelahirannya selama beberapa tahun sampai akhirnya menajdi Rektor pada 1980 dan menyelesaikan doktornya di Jerman. Selama masa perkembangan ekonomi Argentina 1990-an ia mengabdi sebagai pengarah spiritual penting di Gereja Kordoba hingga akhirnya dipilih sebagai Uskup Auca Auxiliary Buenos Aires melalui konkresi.
Tahun 1997 ia terpilih sebagai Coadjutor Archbishop of Buenos Aires menggantikan Kardinal Antonio Quaraccino dan menjadi presiden dari Konferensi keuskupan Argentina 8 November 2005 hingga 2011. Jorge Bergoglio terakhir menjadi anggota Pontifical Council untuk wilayah Amerika Latin.
Selama menjabat uskup dan kardinal Bergoglio identik dengan nilai-nilai kesederhanaan dan kasih terhadap orang miskin. Ia lebih memilih tinggal di kawasan apartemen kecil ketimbang residensi keuskupan. Bahkan ia juga memasak sarapannya sendiri. Ia aktif sebagai tokoh penggerak advokasi kemiskinan di Buenos Aires dan sebagian Amerika. Sepeninggal Paus Johannes Paulus II, Bergoglio disebut sebagai papabile, orang yang memiliki karakter kepausan.
Sekarang, setelah bergelar Paus Francis I, ia menyepakati bahwa nama tersebut berarti “Kemiskinan, Kerendahan Hati, Kesederhanaan, dan Membangun Kembali Gereja Katolik.”
Ia juga sekaligus menjadi penanda kembalinya “Orang Amerika” ke tahta suci setelah 1.272 tahun, setelah Santo Gregory III asal Suriah yang berhenti pada 741. Selama ini Paus lebih sering dijabat oleh kardinal berkewarganegaraan Eropa. Meski demikian Bergoglio sendiri lahir sebagai keturunan Italia. Ayahnya adalah imigran pekerja kereta api.
Dengan reputasinya yang cukup baik dan nyaris tanpa cela, Paus Francis I dinilai akan membawa perubahan baik kepada Gereja Vatikan dan Umat Katolik pada umumnya.
Pakar Vatikan John Allen kepada CNN bahkan menyebutkan bahwa keberanian menggunakan nama kepausan Franciscus untuk pertama kalinya bisa menandakan bahwa Paus baru ini punya visi yang patut disambut baik, termasuk di ruang diskusi antar-agama.
Sebagaimana diketahui, pada 28 Februari lalu Paus Emeritus Benediktus XVI menyatakan mundur dari jabatan sucinya. Sesuai tradisi kuno Gereja Vatikan, pemilihan Paus baru harus dilaksanakan selambat-lambatnya 17 hari sede vacante atau Hari Kekosongan Tahta.
Prosesi pemilihan yang dikenal sebagai Konklaf (conclave) kemudian digelar mulai Selasa kemarin dan tidak menghasilkan kesepakatan hingga putaran kelima pada Rabu. Sempat ada kekhawatiran dari beberapa analis bahwa Konklaf akan berlangsung lama, tapi nyatanya tidak demikian.
Paus terpilih, Paus Francis I akhirnya tampil untuk pertama kalinya di publik sebagai pemimpin baru Umat Katolik Dunia Rabu malam.
Kamis, 07 Maret 2013
Edelweis Sang Bunga Abadi
Anaphalis javanica, adalah sebuah nama latin dari salah satu bunga
yang menginspirasiku. Mungkin kalian akan lebih mengenalnya dengan
sebutan bunga edelweis atau bunga abadi.
Edelweis adalah tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Indonesia. Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian maksimal 8 m dengan batang mencapai sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 m. Tumbuhan yang bunganya sering dianggap sebagai perlambang cinta, ketulusan, pengorbanan, dan keabadian ini sekarang dikategorikan sebagai tanaman langka.
Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya, yang biasanya muncul di antara bulan April dan Agustus, sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan, dan lebah terlihat mengunjunginya.
Namun tidak semua gunung yang mencapai ketinggian tersebut dapat kita temukan bunga edelweis, contohnya Gunung Merapi saat saya mencapai ketinggian yang dimaksud ternyata saya belum menemukan bunga tersebut.
Namun dibalik mitos dan keindahan bunga ini. Saya pernah mendengar asal mula bunga edelweis. Konon dahulu kala, di sebuah khayangan hiduplah seorang bidadari yang amatlah cantik, dikarenakan dia melanggar salah satu peraturan khayangan maka ia harus dihukum dan di turunkan ke bumi. Nah, saat itulah ia di tempatkan disalah satu puncak gunung tertinggi di bumi. Ia merasa sepi dalam kesendirianya, ia selalu merintih dan berdoa untuk mendapatkan teman hudup.
Hingga akhirnya doanya dikabulkan, ia bertemu dengan seorang pemuda yang rupawan. sungguh bahagia hatinya, mereka saling berbagi cinta, kasih dan sayang .Mereka hidup bahagia di gunung tersebut dan menjadikan tempat itu surga hidupnya. Namun tiba saatnya sang pemuda harus turun gunung untuk menjenguk keluarganya, akhirnya dengan berat hati sang bidadari harus melepas jantung hatinya. Namun sang rupawan berjanji akan segera kembali untuk melanjutkan hidup bersamanya.
Sehari, sebulan, bahkan setahun, sang kekasih hati tak kunjung kembali, hari – harinya kembali sepi, hidupnya kembali merana. Sang bidadari hanya bisa menangis, airmatanya mengalir deras bak menganak sungai.
Nah diriwayatkan setiap bulir air mata sang bidadari yang tertetes kebumilah tumbuhlah bunga putih indah yang tak pernah layu, yang kini kita kenal dengan bunga edelweis. Sang bidadari tetap menangis dan menjaga cintanya sampi akhir hayatnya….
Mungkin karena itulah tercipta sebuah mitos, dimana bagi yang memberikan bunga ini kepada pasangannya, maka cintanya akan abadi. Tidak sedikit para pencinta yang menjadikan bunga abadi ini menjadi salah satu hadiah spesial bagi pasangannya. Konon, hal itu dimaksudkan agar cintanya abadi. Seabadi cinta sang bidadari kepada pangeranya yang tak kunjung datang,,hehehe..
Karena hal tersebut maka sekarang bunga edelweis merupakan bunga yang dilindungi oleh pemerintah, keren jumlahnya yang semakin sedikit karena diambili oleh para pendaki yang tidak bertanggung jawab, Gunung Gede Pangrango dijadikan sebagai tempat perlindunganya.
Edelweis adalah tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Indonesia. Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian maksimal 8 m dengan batang mencapai sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 m. Tumbuhan yang bunganya sering dianggap sebagai perlambang cinta, ketulusan, pengorbanan, dan keabadian ini sekarang dikategorikan sebagai tanaman langka.
Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya, yang biasanya muncul di antara bulan April dan Agustus, sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan, dan lebah terlihat mengunjunginya.
Namun tidak semua gunung yang mencapai ketinggian tersebut dapat kita temukan bunga edelweis, contohnya Gunung Merapi saat saya mencapai ketinggian yang dimaksud ternyata saya belum menemukan bunga tersebut.
Namun dibalik mitos dan keindahan bunga ini. Saya pernah mendengar asal mula bunga edelweis. Konon dahulu kala, di sebuah khayangan hiduplah seorang bidadari yang amatlah cantik, dikarenakan dia melanggar salah satu peraturan khayangan maka ia harus dihukum dan di turunkan ke bumi. Nah, saat itulah ia di tempatkan disalah satu puncak gunung tertinggi di bumi. Ia merasa sepi dalam kesendirianya, ia selalu merintih dan berdoa untuk mendapatkan teman hudup.
Hingga akhirnya doanya dikabulkan, ia bertemu dengan seorang pemuda yang rupawan. sungguh bahagia hatinya, mereka saling berbagi cinta, kasih dan sayang .Mereka hidup bahagia di gunung tersebut dan menjadikan tempat itu surga hidupnya. Namun tiba saatnya sang pemuda harus turun gunung untuk menjenguk keluarganya, akhirnya dengan berat hati sang bidadari harus melepas jantung hatinya. Namun sang rupawan berjanji akan segera kembali untuk melanjutkan hidup bersamanya.
Sehari, sebulan, bahkan setahun, sang kekasih hati tak kunjung kembali, hari – harinya kembali sepi, hidupnya kembali merana. Sang bidadari hanya bisa menangis, airmatanya mengalir deras bak menganak sungai.
Nah diriwayatkan setiap bulir air mata sang bidadari yang tertetes kebumilah tumbuhlah bunga putih indah yang tak pernah layu, yang kini kita kenal dengan bunga edelweis. Sang bidadari tetap menangis dan menjaga cintanya sampi akhir hayatnya….
Mungkin karena itulah tercipta sebuah mitos, dimana bagi yang memberikan bunga ini kepada pasangannya, maka cintanya akan abadi. Tidak sedikit para pencinta yang menjadikan bunga abadi ini menjadi salah satu hadiah spesial bagi pasangannya. Konon, hal itu dimaksudkan agar cintanya abadi. Seabadi cinta sang bidadari kepada pangeranya yang tak kunjung datang,,hehehe..
Karena hal tersebut maka sekarang bunga edelweis merupakan bunga yang dilindungi oleh pemerintah, keren jumlahnya yang semakin sedikit karena diambili oleh para pendaki yang tidak bertanggung jawab, Gunung Gede Pangrango dijadikan sebagai tempat perlindunganya.
Langganan:
Postingan (Atom)