Anaphalis javanica, adalah sebuah nama latin dari salah satu bunga
yang menginspirasiku. Mungkin kalian akan lebih mengenalnya dengan
sebutan bunga edelweis atau bunga abadi.
Edelweis adalah tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai
pegunungan tinggi Indonesia. Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian
maksimal 8 m dengan batang mencapai sebesar kaki manusia walaupun
umumnya tidak melebihi 1 m. Tumbuhan yang bunganya sering dianggap
sebagai perlambang cinta, ketulusan, pengorbanan, dan keabadian ini
sekarang dikategorikan sebagai tanaman langka.
Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan
pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah
yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah
tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh
akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara.
Bunga-bunganya, yang biasanya muncul di antara bulan April dan Agustus,
sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti
kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan, dan lebah terlihat
mengunjunginya.
Namun tidak semua gunung yang mencapai ketinggian tersebut dapat kita
temukan bunga edelweis, contohnya Gunung Merapi saat saya mencapai
ketinggian yang dimaksud ternyata saya belum menemukan bunga tersebut.
Namun dibalik mitos dan keindahan bunga ini. Saya pernah mendengar
asal mula bunga edelweis. Konon dahulu kala, di sebuah khayangan
hiduplah seorang bidadari yang amatlah cantik, dikarenakan dia melanggar
salah satu peraturan khayangan maka ia harus dihukum dan di turunkan ke
bumi. Nah, saat itulah ia di tempatkan disalah satu puncak gunung
tertinggi di bumi. Ia merasa sepi dalam kesendirianya, ia selalu
merintih dan berdoa untuk mendapatkan teman hudup.
Hingga akhirnya doanya dikabulkan, ia bertemu dengan seorang pemuda
yang rupawan. sungguh bahagia hatinya, mereka saling berbagi cinta,
kasih dan sayang .Mereka hidup bahagia di gunung tersebut dan menjadikan
tempat itu surga hidupnya. Namun tiba saatnya sang pemuda harus turun
gunung untuk menjenguk keluarganya, akhirnya dengan berat hati sang
bidadari harus melepas jantung hatinya. Namun sang rupawan berjanji akan
segera kembali untuk melanjutkan hidup bersamanya.
Sehari, sebulan, bahkan setahun, sang kekasih hati tak kunjung
kembali, hari – harinya kembali sepi, hidupnya kembali merana. Sang
bidadari hanya bisa menangis, airmatanya mengalir deras bak menganak
sungai.
Nah diriwayatkan setiap bulir air mata sang bidadari yang tertetes
kebumilah tumbuhlah bunga putih indah yang tak pernah layu, yang kini
kita kenal dengan bunga edelweis. Sang bidadari tetap menangis dan
menjaga cintanya sampi akhir hayatnya….
Mungkin karena itulah tercipta sebuah mitos, dimana bagi yang
memberikan bunga ini kepada pasangannya, maka cintanya akan abadi. Tidak
sedikit para pencinta yang menjadikan bunga abadi ini menjadi salah
satu hadiah spesial bagi pasangannya. Konon, hal itu dimaksudkan agar
cintanya abadi. Seabadi cinta sang bidadari kepada pangeranya yang tak
kunjung datang,,hehehe..
Karena hal tersebut maka sekarang bunga edelweis merupakan bunga yang
dilindungi oleh pemerintah, keren jumlahnya yang semakin sedikit karena
diambili oleh para pendaki yang tidak bertanggung jawab, Gunung Gede
Pangrango dijadikan sebagai tempat perlindunganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar