Kamis, 07 Maret 2013

Edelweis Sang Bunga Abadi

Anaphalis javanica, adalah sebuah nama latin dari salah satu bunga yang menginspirasiku. Mungkin kalian akan lebih mengenalnya dengan sebutan bunga edelweis atau bunga abadi.
Edelweis adalah tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Indonesia. Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian maksimal 8 m dengan batang mencapai sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 m. Tumbuhan yang bunganya sering dianggap sebagai perlambang cinta, ketulusan, pengorbanan, dan keabadian ini sekarang dikategorikan sebagai tanaman langka.
Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya, yang biasanya muncul di antara bulan April dan Agustus, sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan, dan lebah terlihat mengunjunginya.
Namun tidak semua gunung yang mencapai ketinggian tersebut dapat kita temukan bunga edelweis, contohnya Gunung Merapi saat saya mencapai ketinggian yang dimaksud ternyata saya belum menemukan bunga tersebut.
Namun dibalik mitos dan keindahan bunga ini. Saya pernah mendengar asal mula bunga edelweis. Konon dahulu kala, di sebuah khayangan hiduplah seorang bidadari yang amatlah cantik, dikarenakan dia melanggar salah satu peraturan khayangan maka ia harus dihukum dan di turunkan ke bumi. Nah, saat itulah ia di tempatkan disalah satu puncak gunung tertinggi di bumi. Ia merasa sepi dalam kesendirianya, ia selalu merintih dan berdoa untuk mendapatkan teman hudup.
Hingga akhirnya doanya dikabulkan, ia bertemu dengan seorang pemuda yang rupawan. sungguh bahagia hatinya, mereka saling berbagi cinta, kasih dan sayang .Mereka hidup bahagia di gunung tersebut dan menjadikan tempat itu surga hidupnya. Namun tiba saatnya sang pemuda harus turun gunung untuk menjenguk keluarganya, akhirnya dengan berat hati sang bidadari harus melepas jantung hatinya. Namun sang rupawan berjanji akan segera kembali untuk melanjutkan hidup bersamanya.
Sehari, sebulan, bahkan setahun, sang kekasih hati tak kunjung kembali, hari – harinya kembali sepi, hidupnya kembali merana. Sang bidadari hanya bisa menangis, airmatanya mengalir deras bak menganak sungai.
Nah diriwayatkan setiap bulir air mata sang bidadari yang tertetes kebumilah tumbuhlah bunga putih indah yang tak pernah layu, yang kini kita kenal dengan bunga edelweis. Sang bidadari tetap menangis dan menjaga cintanya sampi akhir hayatnya….
Mungkin karena itulah tercipta sebuah mitos, dimana bagi yang memberikan bunga ini kepada pasangannya, maka cintanya akan abadi. Tidak sedikit para pencinta yang menjadikan bunga abadi ini menjadi salah satu hadiah spesial bagi pasangannya. Konon, hal itu dimaksudkan agar cintanya abadi. Seabadi cinta sang bidadari kepada pangeranya yang tak kunjung datang,,hehehe..
Karena hal tersebut maka sekarang bunga edelweis merupakan bunga yang dilindungi oleh pemerintah, keren jumlahnya yang semakin sedikit karena diambili oleh para pendaki yang tidak bertanggung jawab, Gunung Gede Pangrango dijadikan sebagai tempat perlindunganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar