Sabtu, 28 April 2012

Efektivitas Model Pembelajaran


 Suatu model pembelajaran memiliki empat komponen penting yang membuat model itu efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Keempat komponen itu adalah sintaks, kompetensi utama, peluang utama, dan perangkat pembelajaran. Keberhasilan kita dalam menggunakan suatu model pembelajaran bergantung pada kemampuan kita dalam menggunakan keempat komponen itu. Keempat komponen itu adalah sebagai berikut.

1.    Sintaks
Setiap model pembelajaran memiliki sintaks-sintaks yang berupa sederetan kegiatan siswa yang disusun untuk membuat siswa belajar. Kegiatan-kegiatan siswa itu memunculkan peluang-peluang tertentu yang dimanfaatkan untuk meningkatkan aspek-aspek kompetensi yang sesuai dengan peluang-peluang tersebut. Pada setiap model pembelajaran, penguasaan konsep dan keterampilan berpikir umumnya selalu ditingkatkan pada siswa, tetapi cara untuk menguasai konsep dan meningkatkan keterampilan berpikirnya, serta jenis keterampilan berpikir yang ditingkatkan pada siswa dapat berbeda.  Contohnya model-model pembelajaran kooperatif mengutamakan cara siswa belajar berkooperasi dengan teman-teman sekelompoknya untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikirnya. Sedangkan dalam PID, penguasaan konsep dan keterampilan berpikir siswa ditingkatkan terutama melalui interaksi guru dengan siswa dan dialog.

Sintaks (langkah-langkah pembelajaran) baru merupakan kerangka dari suatu model pembelajaran, karena itu untuk melaksanakan suatu model pembelajaran dengan baik tidak cukup dengan hanya mengetahui sintaks-sintaksnya saja, kita perlu memahami isi model pembelajaran yang kita gunakan. Isi model pembelajaran itu adalah peluang-peluang apa saja yang akan muncul dari model pembelajaran itu?, untuk meningkatkan kompetensi apa saja peluang-peluang itu?, pada langkah-langkah pembelajaran yang mana peluang-peluang itu akan muncul?, dan bagaimana cara memanfaatkan peluang-peluang itu dengan tepat?. Keberhasilan kita dalam menggunakan suatu model pembelajaran bergantung pada pemahaman kita terhadap model pembelajaran itu. Karena itu, sebelum menggunakan suatu model pembelajaran, kita harus mempelajari dulu sintaks dan isi dari model pembelajaran itu.




2.    Kompetensi Utama
Kompetensi utama adalah kompetensi yang diutamakan peningkatannya dalam suatu model pembelajaran, tetapi itu tidak berarti bahwa suatu model pembelajarn hanya dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi utama saja, kompetensi-kompetensi yang lainnya juga akan ada yang turut ditingkatkan. Kompetensi yang ditingkatkan pada siswa dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis kompetensi, yaitu kompetensi generik dan kompetensi materi subjek.  Kompetensi generik meliputi kompetensi yang berkaitan dengan sikap, minat belajar, berpikir ilmiah, dan psikomotor. Sedangkan kompetensi materi subjek adalah penguasaan konsep. Kedua kompetensi itu saling berkaitan dan saling menunjang, karena itu peningkatan hasil belajar siswa meliputi semua kompetensi tersebut.Aspek-aspek kompetensi yang ditingkatkan pada siswa dari model-model pembelajaran ada yang sama dan ada yang berbeda.

Umumnya aspek kompetensi yang sama yang ditingkatkan pada setiap model pembelajaran adalah keterampilan berpikir dan materi subjek, sedangkan aspek yang berbeda umumnya merupakan aspek kompetensi generik. Contohnya model-model pembelajaran kooperatif terutama digunakan untuk meningkatkan sikap kooperatif siswa, sedangkan PID mengutamakan peningkatan sikap disiplin dan minat belajar siswa. Sikap atau minat yang ditingkatkan pada kedua model pembelajaran itu digunakan untuk menunjang peningkatan keterampilan berpikir dan penguasaan konsep.Kompetensi generik merupakan kompetensi yang ditingkatkan pada siswa dari sejak siswa duduk di kelas pertama sampai kelas terakhir. Contohnya peningkatan keterampilan berpikir siswa dilaksanakan terus-menerus, tidak hanya pada saat siswa di kelas VII atau X saja.

Berbeda dengan kompetensi generik, konsep-konsep yang diajarkan pada siswa sangat banyak. Penguasaan suatu konsep, contohnya di SMP, tidak akan ditingkatkan terus-menerus dari kelas VII sampai kelas IX. Penguasaan (suatu) konsep dilaksanakan dalam satu atau dua pertemuan. Karena itu tujuan pembelajaran dapat kita bagi dalam dua bagian, yaitu tujuan pembelajaran yang peningkatannya dalam waktu yang lama dan tujuan pembelajaran yang peningkatannya dalam satu atau dua pertemuan. Model-model pembelajaran umumnya disusun berdasarkan peningkatan kompetensi generik. Karena itu, suatu model pembelajaran dapat digunakan untuk membelajarkan siswa dalam mempelajari berbagai konsep IPA. Walaupun demikian, ada model-model pembelajaran yang tidak dapat digunakan untuk mengajarkan semua konsep IPA. Contohnya tidak semua konsep dapat diajarkan dengan model pembelajaran yang menerapkan praktik, tetapi PID dapat digunakan untuk mengajarkan semua konsep IPA, kelemahan PID adalah tidak meningkatkan psikomotor siswa.

Umumnya model-model pembelajaran hanya digunakan untuk mengajarkan konsep - konsep IPA tertentu yang sesuai dengan model itu. Peningkatan kompetensi generik siswa pada setiap pertemuan hanya meningkatkan sedikit kompetensi saja.  Karena itu, peningkatan kompetensi generik harus dilaksanakan terus-menerus pada siswa. Dengan peningkatan yang terus-menerus itu, kompetensi generik itu akan terakumulasi pada siswa, sehingga tampak nyata dalam kegiatan belajar siswa. Dari pengalaman rekan-rekan guru yang melaksanakan pembelajaran dengan PID, hasil akumulasi peningkatan kompetensi generik itu tampak nyata setelah dua sampai tiga bulan (setengah semester). Ini berarti penggunaan bermacam-macam model pembelajaran dalam satu kurun waktu, misalnya satu semester, akan kurang mengakumulasikan kompetensi generik siswa, karena aspek-aspek kompetensi generik yang ditingkatkan pada siswa bermacam-macam, tetapi hanya sedikit-sedikit.

3.    Peluang
Peningkatan kompetensi siswa, termasuk sikap dan minat belajar siswa, memerlukan peluang (kesempatan) yang kita gunakan untuk meningkatkan kompetensi itu. Tanpa adanya peluang itu, kita tidak dapat meningkatkan kompetensi siswa. Model-model pembelajaran disusun untuk memunculkan peluang-peluang tertentu untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi tertentu. Karena itu, jika kita akan menggunakan suatu model pembelajaran, kita harus mengetahui peluang-peluang apa yang akan muncul selama melaksanakan model pembelajaran itu dan cara memanfaatkannnya.Pada saat kita mengajar dengan ceramah, pada saat itu kita kehilangan peluang untuk meningkatkan kompetensi siswa. Peluang yang kita gunakan, hanya waktu pembelajaran yang dimanfaatkan untuk menjelaskan segala sesuatunya pada siswa. Pada saat siswa duduk dengan tenang sambil memperhatikan kita, peluang-peluang untuk meningkatkan kompetensi siswa tidak kita peroleh.

Peningkatan kompetensi siswa dengan memberi penjelasan hanya akan meningkatkan pemahaman siswa saja, itu pun jika siswa dapat memahami penjelasan yang kita sampaikan. Umumnya dalam satu kelas kira-kira sepuluh persen siswa yang mampu memahami penjelasan guru. Dengan ceramah, kompetensi-kompetensi yang lain, seperti sikap, minat belajar, dan keterampilan berpikir tidak ditingkatkan, karena pada saat ceramah peluang-peluang untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi tersebut tidak ada.  Barulah kita akan memiliki peluang untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi tersebut jika siswa merespon penjelasan kita. Karena itu para pakar pendidikan selalu menganjurkan agar pembelajaran dilaksanakan dengan mengaktifkan siswa, agar peluang-peluang untuk meningkatkan aspek-aspek kompetensi siswa muncul.  Karena dalam pengajaran ceramah kita kehilangan peluang untuk meningkatkan sikap, minat belajar, dan keterampilan berpikir, siswa yang terbiasa belajar dari ceramah cenderung malas, kurang cerdas, dan kadang-kadang nakal.

Setiap langkah atau bagian pembelajaran yang mengaktifkan siswa akan memunculkan peluang-peluang, kita harus mengetahui kapan peluang-peluang itu muncul dan cara memanfaatkannya dengan tepat. Peluang-peluang itu terdiri atas peluang utama, yaitu peluang yang sudah direncanakan sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan, dan peluang-peluang lain yang tidak direncanakan. Guru harus mampu mengidentifikasi semua peluang itu dan cara memanfaatkannya untuk meningkatkan aspek kompetensi yang sesuai dengan jenis peluang itu. Keberhasilan guru dalam meningkatkan kompetensi siswa bergantung pada kemampuan guru dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang-peluang yang dimunculkan oleh model pembelajaran yang digunakannya. Pembelajaran yang mengaktifkan siswa akan hampa, jika guru tidak mengetahui atau tidak memanfaatkan peluang-peluang yang muncul dari keaktifan siswa itu.

Sewaktu-waktu siswa dapat belajar sendiri, sewaktu-waktu siswa memerlukan bantuan temannya, dan sewaktu-waktu siswa memerlukan bantuan guru untuk meningkatkan kompetensinya. Walaupun siswa belajar secara berkelompok, tidak berarti guru dapat tinggal diam, guru harus selalu memperhatikan siswa-siswanya. Jika siswa tampak lancar dalam belajar dengan kelompoknya, guru dapat membiarkan siswa-siswa tersebut, tetapi jika siswa menemui kesulitan guru harus segera membantu siswa. Kegiatan siswa belajar dengan berkelompok akan menimbulkan peluang-peluang yang harus segera diketahui guru dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kompetensi siswa. Karena itu, guru harus selalu memperhatikan siswa untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya peluang-peluang, walaupun  siswa belajar dengan berkelompok.

4.    Perangkat Pembelajaran
Suatu model pembelajaran akan memiliki perangkat pembelajaran tertentu yang membuat model pembelajaran itu dapat dilaksanakan dengan baik. Perangkat pembelajaran meliputi alat/media pembelajaran, LKS, pertanyaan, dan tata-tertib belajar. Semua perangkat pembelajaran tersebut digunakan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan siswa. Suatu model pembelajaran digunakan dengan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kegiatan siswa dalam model pembelajaran itu. Perangkat pembelajaran dapat berbeda antara satu model pembelajaran dengan model pembelajaran yang lain. Contohnya PID dapat menggunakan alat/media apa saja, mengutamakan penggunaan pertanyaan lisan, dan tidak menggunakan LKS. Sedangkan model pembelajaran praktik, misalnya inkuiri ilmiah dilaksanakan dengan alat-alat praktik dan di Indonesia umumnya menggunakan LKS. 


1 komentar:

  1. sumber referensinya dong, butuh buat penelitian aku :) terimakasi suda membantu

    BalasHapus